Di tahun 2020 adalah tahun yang paling banyak membawa perubahan. 

Dari yang berawal di kantor dan sekolah kini semua hanya di rumah saja 

Jika pun berangkat ke kantor, semua telah berubah, terdapat kewajiban baru yang menjadi bagian dari kehidupan kita yaitu New Normal 

Dimana kita wajib mengikuti protokol kesehatan yang baik dan selalu menggunakan masker dimanapun berada. 

Protokol tersebut dari selalu mencuci tangan, menjaga jarak, tidak makan di tempat, dan berkumpul di tempat yang penuh keramaian.

Disini tantangan muncul, dimana jika salah satu anggota keluarga mengalami sakit, rasa cemas bisa menjadi was-was jika gejala seperti covid 19 muncul. Termasuk kepada diri sendiri. 

Vaksin menjadi kewajiban dari diterapkan pemerintah untuk menekan angka covid 19, dan di tahun 2021 ini setelah musim libur tengah tahun tanpa terduga terjadi lonjakan penderita covid 19. Semua yang berharap keadaan menjadi membaik di tahun 2021 ini. Kembali menjadi kelam, belum lagi di sertai pemikiran negatif dari waktu ke waktu. Baik dari ekonomi keluarga, sekolah, dan harapan masa depan yang berbeda. 

Selain masalah virus dan protokol kesehatan yang baik. Masalah yang tidak menjadi kalah penting dari tahun 2020 adalah masalah mental, masalah kecemasan terhadap masa depan, kecemasan terhadap menghadapi penyakit, terhadap biaya, terhadap mata pencaharian, semua berkumpul menjadi satu, belum lagi berita negatif dan hoax yang bertebaran di media social yang menambah beban pikiran menjadi makin tidak tenang. 

Semua orang memiliki masalah hidupnya masing-masing. Ada yang datar ada yang penuh persoalan, bahkan menyimpan beban sedih atau kemarahan dari masa lalu.  Itu semua bisa dengan mudah meledak di saat kondisi saat ini tahun 2021. 

Budaya media sosial yang memamerkan harta dengan penuh kesombongan memperparah kondisi mental kepada orang-orang yang sedang berjuang mencari sesuap nasi. Sehingga makin membuat rentang makin jauh antara super kaya dan yang pas2an. Belum lagi cara memamerkan nya dengan istilah penuh tekanan, ejekan atau sikap merendahkan lainnya. Ada pula yang memakai motivasi negatif. 

Belum lagi kecemasan dari masalah pendidikan anak, yang memaksa banyak orang tua untuk mengajar anak di rumah secara sekolah online dengan keadaaan bahwa tidak semua keluarga sanggup memenuhi kebutuhan sekolah online. Seperti perangkat teknologi, koneksi internet dan kesiapan murid menghadapi pelajaran. Tidak sedikit membuat siswa menjadi stres. Kesiapan orang tua dengan anak yang lebih kecil. Belum lagi dengan masalah lainnya.

Bagaimana cara mengatasi masalah tersebut :

  1. Olahraga yang teratur
  2. Makan dengan makanan yang bergizi
  3. Tidur yang cukup
  4. Berkarya sesuai dengan minat
  5. Mengembalikan nilai diri dan kepercayaan diri bahwa kamu bisa melakukannya
  6. Lepaskan emosi 
  7. Isi dengan energi yang positif

Untuk masa awal akan sulit bagi yang terbiasa dengan pikiran negatif,

Dan otak yang positif pun lebih mudah bereaksi dengan hal negatif. 

Contoh menonton berita negatif atau menonton film yang ada kekerasan yang kita gak mau. Lebih mudah untuk teringat di otak. Karena ada reaksi atas hal tersebut yaitu perhatian ingin tahu, atau berpikir jangan sampai terjadi, tapi yang ada malah muncul terus pikiran tersebut.

Makanya headline berita banyak yang negatif. Supaya memicu orang untuk buy atau klik

Apalagi dalam emosi negatif., Ini merupakan marketing komunikasi, karena yg negatif itu magnetnya kuat.

Kita yang positif gampang ke tarik. Dan ini persentasenya kuat, karena otak lebih bisa bereaksi terhadap hal tersebut.

Seperti waktu mengejar deadline, jika tidak selesai akan di pecat (negatif) itu yang memicu orang lebih berusaha. 

Namun jika kadarnya berlebihan akan menjadi penghancur karakter.

Cara satu2 nya keluar adalah lakukan apa yang kamu suka dan ada maknanya. Lalu support system lingkungan. 

Maka mental negatif nya baru bisa berkurang.

imboost perasaan positif dengan berkarya yang memiliki makna kepada diri sendiri bahkan kepada orang lain.

Jika mental negatifnya masih seumur bulanan tahunan kecil masih bisa memakai quote2 positif atau wejangan atau mendengar pengalaman orang lain bagaimana mereka bertahan dan menghadapinya atau motivator effect.

Tapi jika mental negatif yang sudah lama, bertahun tahun, puluhan tahun, dan ada emosi terpendam. Sudah menjadi habit. Harus berdamai dengan diri sendiri (sulit tapi pelan2) 

Walau sudah berdamaipun. Nanti ada pemicu bisa keluar lagi. 

Terbaik yah berkarya dengan makna.

Nanti mental negatifnya akan jadi past history.

Selain berkarya juga harus belajar untuk menangis 

Menangis bagus untuk release emosi, menerima hal yang berada di luar jangkauan kita

Lalu belajar juga untuk tertawa.

Pernah nggak, ngerasain kalau ke kota energi nya negatif banget. Pas ke gunung, pedalaman desa kok pikiran menjadi kearah positif.

Itu karena pikiran kita terus di kocokin sama hal hal yang kita takuti . Coba kita hening sejenak, biarin hati dan pikiran kaya shutdown sesaat….baru restart lagi… Pasti bisa lebih calm down. Karena ada jeda sesaat dalam pikiran dan emosi.

Tapi disini bisa diambil benang merahnya, ingat bukan berarti kita harus sering sering wisata atau jalan-jalan tanpa tujuan dan arah, yang penting bersenang-senang, tapi lebih ke melatih mindset untuk tenang terhadap objek. Balik lagi fokus untuk berkarya, sehingga pikiran positif dan baik bisa terbentuk menjadi pikiran bawah sadar.

Kita juga bisa belajar open, terbuka dengan orang-orang yang bisa kita percayai, sehingga pikiran tidak selalu diisi dengan rasa ketakutan dari pengalaman masa lalu atau pengalaman dari berita dan cerita yang kita baca dan dengar. Tapi bisa kita release dan mendapatkan solusi dan dukungan dari orang-orang yang kita percayai. Kita adalah makhluk sosial, jadi saling mendukung dan membantu adalah bagian dari kehidupan kita sejak zaman purbakala. Kita harus sadar bahwa masih ada banyak emosi jadi jangan terpaku pada perasaan negatif. Tapi ingatlah masih ada perasaan indah seperti tertawa, tersenyum, senang, kegirangan, malu, tersipu dan lainnya.

Balik lagi dari semua rasa negatif itu, intinya kita ingin melihat dan merasakan Kebahagian yang lebih nyata atau kebahagiaan yang utuh dan lama. Untuk itu kita terhadap dunia ini harus paham akan prinsip need dan want terhadap produk dan jasa duniawi. Kalau sudah paham hal tersebut, setidaknya rasa sakit karena benda sudah bisa terkendali. Selanjutnya kebahagiaan dari sisi makhluk sosial. Ini yang cukup rumit. Bagaimana berdamai dengan perselisihan atau kesalahan dari masa lalu karena masalah sepele atau bukan sepele. Ada pepatah mengatakan, jika berselisih, yang namanya berselisih jika sudah menang pun tetap kalah. Karena telah menyakiti kedua belah pihak. Balik lagi berdamai kepada diri sendiri dan melepaskan emosi. Seperti penjelasan pada paragraf sebelumnya.

Bagaimana menurut pendapat mu? Kita adalah makhluk yang selalu belajar, belajar untuk menjadi versi terbaik dari kita sendiri.

Artikel ini tercipta dari pembicaraan serius antara beberapa teman yang memiliki pemikiran kritis, terima kasih atas diskusinya.

JH mind Mind Blog