Paradoks ini mengacu pada gagasan bahwa. meskipun kebahagiaan adalah salah satu tujuan terpenting kita, orang sering melupakan dan teralihkan oleh tujuan lain. Contohnya lebih memilih uang daripada berkumpul dengan keluarga penuh makna.
Arti lain dari paradox ini menyatakan bahwa jika “Anda berjuang untuk kebahagiaan dengan cara langsung, Anda akan berakhir kurang bahagia”. Daripada “jika Anda melupakan kebahagiaan dan fokus pada tujuan lain”. intinya menyarankan kita untuk tidak mengejar kebahagiaan secara langsung, karena akan berakhir dengan kekecewaan.
Menurut penelitian dalam Journal of Experimental Psychology yang membandingkan lebih dari 2.300 orang di delapan negara, budaya Barat cenderung percaya bahwa kebahagiaan harus konstan. Hal ini dapat mengakibatkan inflasi kebahagiaan (stadar kebahagiaan meningkat). Anda puas, dan Anda beradaptasi dengan perasaan itu dan ingin lebih senang lagi dan seterusnya. Tetapi menjadi semakin bahagia sepanjang waktu “tidak realistis”. Kebahagiaan sejati bukanlah kondisi euforia yang konstan. Itu akan naik dan turun, dan Anda akan mengalami rasa sakit dan ketidakpuasan. Ini adalah bagian dari kondisi manusia dan Anda dapat belajar dari masa-masa sulit dan lebih menghargai saat-saat “diatas” dibandingkan dengan pengalaman negatif. Konsep pertumbuhan pasca trauma menunjukkan bahwa kita dapat membaik melalui trauma, dan mungkin untuk melewati masa-masa sulit dengan sikap kepositifan dan ketahanan mental (resilience).
Note : Informasi ini bertujuan sebagai bagian pengetahuan, yang mungkin bisa menjadi jawaban bagi sebagian orang.